Selasa, 19 Mei 2009

Ramadan

Ramadan

Perintah untuk menyambut bulan ramadan dengan penuh rasa kegembiraan termaktub dalam sebuah hadis Rasulullah SAW yang berbunyi:

قَدْ آتََاكُمْ رَمَضَانُ سَيِّدُ الشُّهُوْرِ فَمَرْحَبًا بِهِ وَاَهْلاً جَاءَ شَهْرُ الصِّيَامِ بِبَرَكَاتٍ فَأكْرِمْ بِهِ

Artinya: "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, penghulu segala bulan. Maka hendaklah engkau mengucapkan selamat datang kepadanya. Telah datang bulan puasa dengan segenap berkah di dalamnya maka hendaklah engkau memuliakannya."

Memuliakan bulan suci ramadhan yakni dengan menjalankan ibadah puasa dan mengisinya dengan amalan-amalan yang baik. Perintah menjalankan puasa hanya diperuntukkan bagi orang-orang Islam yang mukmin saja. Artinya orang islam yang belum/tidak berakal, belum baligh tidak mempunyai kewajiban menjalankannya. Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an:

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS Al-baqarah 2: 183)

Tersirat makna dalam ayat ini, bahwa sebenarnya puasa bukanlah ibadah yang baru dilaksanakan ketika kedatangan Islam akan tetapi sudah dilaksanakan jauh sebelumnya. Para pakar perbandingan agama mendapatkan data bahwa sebelum mengenal agama Samawi, orang-orang Mesir kuno, orang-orang Yunani dan Romawi telah mengenal puasa. Demikian juga dengan orang-orang Majusi, Budha, Yahudi dan Kristen.

Ibnu Nadim dalam karyanya "al-Fahrasat" menyebutkan bahwa orang-orang Majusi berpuasa tiga puluh hari dalam setahun. Mereka juga melakukan puasa-puasa sunnah yang ditujukan sebagai penghormatan kepada bulan, Mars dan Matahari. Sementara At-Thabari dalam tafsirnya, Jami` al-Bayan, menyebutkan bahwa seluruh pemeluk agama samawi (ahl kitab) diwajibkan oleh Allah untuk melaksanakan puasa.

Barangkali terdapat perbedaan mengenai tata cara berpuasa antara satu agama dengan agama lainnya. Namun yang penting untuk kita camkan, dipraktekkannya model ibadah dengan cara menahan diri dari makan, minum dan hawa nafsu oleh agama-agama dan umat manusia dari rentang masa yang satu ke rentang masa berikutnya menegaskan bahwa ibadah puasa merupakan ibadah yang bersifat universal. Ia dipandang sebagai jalan yang sangat efektif dalam dalam mendekatkan diri kepada Tuhan.

Bukan hanya itu, ibadah puasa merupakan ibadah yang nilai pahalanya hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Karena puasa adalah ibadahnya manusia yang khusus untuk Tuhannya yakni Allah,SWT. Dalam sebuah Hadits Qudsi diterangkan bahwa: "Setiap kebaikan akan dilipat gandakan pahalanya 10-700 kali lipat, kecuali puasa. Karena puasa yakni ibadah yang pahalanya hanya Allah SWT yang mengetahuinya"

Hikmah Ramadhan
Imam Al-Ghozali dalam Kitab Bidayah Al-Hidayah mengartikan puasa dengan tiga pengertian:
1. Menahan makan, minum, dan syahwat
2. Menahan diri dari segala bentuk gangguan secara fisik atau merugikan orang lain.
3. Menahan hati dari segala macam prasangka buruk.


Seyogyanya kita dapat menerapkan pengertian puasa itu dalam bulan yang suci dan penuh hikmah ini. Dan dapat mengambil hikmah agar kita termasuk golangan orang-orang yang bertaqwa. Dalam kaitannya dengan hikmah ramadhan, dalam bulan suci ramadhan terdapat banyak hikmah yang terkandung didalamnya. Hikmah yang paling besar adalah dimana pada bulan Ramadhan turun Al-qur’an. Allah SWT menurunkan Al-quran sebagai petunjuk serta pedoman bagi ummat manusia yang ada di dunia. Mungkin inilah pembeda antara puasanya orang-orang terdahulu dengan puasanya ummat Muhammad saw.

Al-Quran merupakan anugerah serta karunia terbesar bagi ummat manusia. Sebagai petunjuk serta rujukan kita dalam kehidupan agar ummat manusia terhindar dari jalan yang salah. Dan kita juga diwajibkan untuk mengemban Amanah Agung ini dengan segenap kemampuan yang ada. Kita patut bersyukur kepada Allah SWT karena pada bulan Ramadhan diturunkan Al-Qur’an.

Disamping itu, Ramadhan juga memiliki makna yang terkandung dibalik setiap huruf-hurufnya. Dimana huruf-huruf tersebut mempunyai pengertian serta hikmah yang tersimpan. Huruf-huruf tersebut jika kita jabarkan akan membentuk sebuah pengertian yang luas. Bukan saja berhenti pada sebuah pahala yang didapatkan oleh orang yang berpuasa saja, akan tetapi lebih dari pada itu.

Huruf-huruf tersebut dapat diartikan:

رحمةالله للمؤمنين

Pengertian huruf Ro(ر) dalam kata Ramadhon yakni Rahmat bagi orang-orang mukmin. Seluruh orang yang beriman akan mendapatkan Rahmat dari Allah SWT pada Bulan Ramadhan. Rahmat merupakan bentuk kasih Allah bagi hambanya, dimana Rahmat disini sifatnya bathinyiah. Sebagai contoh adalah lazim kita temui didalam bulan suci Ramadhan orang yang bersedekah akan semakin banyak dibandingkan dengan bulan yang lainnya. Mereka berlomba-lomba untuk bersedekah dan berbuat kebaikan yang lainnya. Hal semacam ini merupakan Rahmat Allah SWT bagi manusia yang beriman yang bersifat bathiniyah.

Allah SWT sendiri menjadikan rahmat ada sejumlah seratus rahmat. Yang satu diturunkan kedunia, sedangkan yang 99 disimpan oleh Allah. Rasulullah saw bersabda dalam sebuah Hadits :


”Allah SWT menciptakan rahmat itu sejumlah 100, dan Allah hanya menurunkan satu saja kedunia, sedangkan yang 99 disimpan oleh Allah SWT. Dari satu bagian saja rahmat yang diturunkan kedunia itu, makhluk Allah senantiasa saling mengasihi, sehingga binatang pun melindungi anaknya dengan kakinya karena khawatir terhadap keselamatan anaknya itu.”

Dari satu rahmat saja yang diturunkan oleh Allah SWT, seluruh makhluk yang ada dimuka bumi dapat merasakan nikmat dari Rahmat itu. Terlebih pada bulan suci Ramadhan, dimana Rahmat yang satu tersebut terkumpul dan tercurahkan semua untuk hambaNya yang beriman dan berpuasa.


مغفرةالله للعاصين

Jika pada bulan suci Ramadhan tiba, kemudian orang yang selama hidupnya selalu berbuat dosa kemudian dia meminta ampunan dari Allah SWT atas dosa dan perbuatannya tersebut, maka Allah SWT akan memberikan ampunan atas dosa-dosanya itu. Rasulullah saw bersabda:

”Barang siapa berpuasa pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan bersungguh-sungguh, maka ia akan diampuni segala dosanya yang telah lalu.”

Jadi dapat diartikan, bahwa makna huruf Mim (م) dalam kata Ramadhan adalah Ampunan Allah SWT bagi orang-orang yang telah berbuat maksiat/dosa)

ضمان الله لطائعين

Setelah orang tersebut beriman dan mengakui serta bertaubat akan dosa-dosanya, barulah Allah SWT akan memberikan jaminan kepada orang yang berpuasa tersebut. Jaminan dalam hal ini tentunya diperuntukkan bagi orang-orang yang Taat beribadah dan bersungguh-sungguh dalam menjalankannya. Ia akan dijamin untuk diampuni segala macam dosanya, segala permohonan / doanya akan segera dikabul, dan lain sebagai.

Dalam sebuah hadits diterangkan bahwasanya manusia yang berpuasa dalam bulan suci ramadhan akan mendapatkan tiga jaminan dari Allah SWT. Ketiga jaminan tersebut yaitu; apabila ia meminta maka Allah akan segera mengabulkannya; apabila ia bertaubat dengan sungguh-sungguh maka Allah akan menerima taubat itu; dan jika ia memohon ampunan maka Allah akan mengampuninya.

Makna huruf (ض) berarti jaminan Allah SWT bagi golongan orang-orang yang taat dalam menjalankan perintahNya, dan menjauhi segala laranganNya.


ألفة الله للمتوكّلين

Jika rahmatullah sebagai bentuk kasih sayang Allah SWT yang bersifat bathiniyah, maka kasih sayang disini (Ulfatullah) bersifat Dzohiriyah. Dapat diartikan bahwasanya kasih sayangnya Allah SWT akan tercurahkan bagi orang-orang yang berpuasa. Sebagai bentuk kasih sayang Allah SWT yang pertama disini adalah manusia ketika berbuka puasa akan merasa senang karena ia akan segera makan dan minum setelah seharian menahannya. Dan yang kedua kasih sayangnya Allah dapat kita rasakan kelak di hari akhirat nanti. Dimana kita orang-orang yang berpuasa dan bertakwa akan bertemu langsung bertemu dengan Allah SWT Tuhan semesta Alam di hari yang akan datang.

نوان الله للصادقين

Allah SWT setelah memberikan Rahmat, Ampunan, menjamin serta kasih sayang bagi golongan-golongan yang diterangkan diatas, maka Allah akan memberikan Anugerah. Dalam kaitan ini, Nabi Muhammad SAW memberikan kabar gembira kepada umat-umat yang beriman bahwa bila datang bulan suci Ramadan akan dibuka pintu-pintu surga, terkunci pintu-pintu neraka dan akan diborgol tangan-tangan setan. Maka dengan demikian, kerjakanlah kewajiban puasa ini dengan sadar dan ikhlas dalam pelaksanaannya dan ikuti adab berpuasa dengan sempurna sehingga tujuan puasa akan tercapai ialah menjadi manusia yang berkualitas (Muttaqin).

Huruf (ن) dalam kata Ramadhan diartikan sebagi anugerah bagi golongan orang-orang yang suka berderma/sedekah. Memberi sedekah di bulan suci Ramadan dapat berupa memberi makan/kebutuhan-kebutuhan pada orang lain yang sangat mengharapkan. Dan itu merupakan perbuatan terpuji. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:

''Barang siapa memberi makanan untuk berbuka bagi orang-orang yang berpuasa, maka ia akan mendapat pahala sebanyak orang yang berpuasa pula, tidak kurang sedikit pun.'' (HR Tirmidzi). Jadi, memperbanyak sedekah, infak dan zakat mal dan lain-lain di bulan suci Ramadhan itu adalah perbuatan yang sangat terpuji. Suatu ketika sahabat Anas bertanya kepada Rasulullah SAW:

''Ya Rasulullah, kapankah sedekah paling baik dilakukan?'' Rasul menjawab: ''Sedekah yang paling baik adalah sedekah di bulan Ramadan.'' (HR Tirmidzi).

Bersedekah haruslah dilakukan dengan niat semata-mata mematuhi perintah Allah, tidak perlu diketahui oleh orang lain, cukup diketahui antara kita dengan Allah saja, bahkan tangan kanan pun sebagai petugas pemberi sedekah jangan sampai diketahui oleh tangan kirinya. Sedekah yang dikeluarkan hendaklah berkualitas. Artinya besar-kecilnya sedekah itu sebanding dengan kemampuan seseorang dan memberi makna yang cukup berarti. Bila kita menerima rezeki yang tidak diperkirakan sebelumnya, maka keluarkanlah sedekah yang besarnya kira-kira penerimanya sanggup bergembira seperti apa yang kita rasakan.

Akhirnya mari kita isi bulan yang suci ini dengan hikmah-hikamh yang terkandung didalamnya. Agar kelak kita tidak hanya mendapatkan rasa haus dan laparnya saja ketika berpuasa. Rasulullah saw bersabda:

“Banyak orang yang menjalankan puasa tetapi hanya mendapatkan lapar dan hausnya saja”. Ketika melaksanakan puasa, sebenarnya tidak ada yang dapat mengetahui apakah seseorang sedang berpuasa atau tidak. Tidak menutup kemungkinan adanya orang yang terlihat berpuasa namun sebenarnya ia tidak melaksanakan ibadah puasa. Ketika sepi dari orang lain bisa saja ia makan, minum atau mengumbar hawa nafsu tanpa sepengetahuan orang lain. Pendek kata, hanya si pelakulah yang mengetahuinya apakah ia sedang berpuasa atau tidak. Lalu apakah yang membuat seseorang tetap menjaga puasanya? Satu-satunya jawaban adalah keimanan yang terpatri dalam jiwanya. Yang kelak jika ia melaksankannya, maka niscaya ia akan menjadi golongan orang-orang yang bertakwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar